Rabu, 26 Agustus 2015

KULINER MUDIK : SATE MATANG, SATE TANPA BUMBU KACANG YANG NIKMAT

Pertama denger nama Sate Matang saya sedikit bingung dan mikir “emangnya sate yang selama ini saya makan masih kurang matang atau engga matang sama sekali?”. Ternyata sebutan sate matang itu berasal dari daerah Matang Glumpang Dua, kabupaten Bireuen, Aceh. Waktu berkunjung ke Aceh, temen saya merekomendasikan rumah makan sate matang yang ada di Jl. Sri Safiatuddin No.86, Banda Aceh. Karena saya sudah merasa lapar dan penasaran sama Sate Matang, saya pun mengiyakan ajakan teman untuk makan sate ini.

Lalu apa bedanya Sate Matang dengan Sate lainnya yang ada di Indonesia? Tentu saja tiap daerah pasti punya ciri khas sate dengan cara penyajian yang berbeda-beda. Untuk Sate Matang sendiri cuma 2 jenis sate, yaitu kambing dan sapi. Kemudian dari prosesnya, dimana setelah dipotong kecil-kecil lalu diungkep dengan bumbu ketumbar, bawang putih, jahe, kunyit, jahe dan garam barulah ditusuk dan di bakar.

Kalau biasanya sate dari daerah lain disajikan cukup dengan lontong atau nasi, berbeda dengan Sate Matang yang dilengkapi dengan semangkuk kuah soto. Kuah soto ini biasanya berisi daging dan potongan kentang yang nikmat dengan bumbu rempahnya yang khas. Kuah soto ini sangat kental dengan bumbu rempah sehingga aromanya tercium sangat sedap.

Tekstur dagingnya empuk karena telah melalu proses ungkep dengan bumbu-bumbu olahan sebelum di bakar dan rasa dagingnya sangat lezat. Tanpa bumbu kacangpun, rasa sate ini sudah terasa lezat, apalagi setelah ditambah dengan bumbu kacang dan kuah soto. Untuk menah kenikmatan dari sate ini, tidak lupa dengan menambahkan sambel, yang membuat rasa sate dan bumbu kacang ini lebih nendang. Seporsi Sate Matang ini sudah termasuk nasi dan kuah soto di hargai Rp. 25.000. Harga yang cukup terjangku menurut saya untuk masakan sate yang begitu khas dan lezat tiada tara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar